Meluapkan Emosi di Jejaring Sosial (Review Artikel)

Senin, 02 Desember 2019



Kita tentunya sudah sangat mengenal apa itu media sosial. Bahkan, setiap harinya pastinya kita akan menggunakan media sosial untuk bersosialisasi dengan seseorang atau hanya untuk melihat – melihat  suatu informasi. Media sosial merupakan suatu wadah dimana kita dapat mencurahkan berbagai ide, pendapat, gagasan, dan suatu konten dalam komunitas virtual serta mampu menghadirkan dan melakukan cara berkomunikasi baru dengan teknologi yang jelas berbeda dengan media tradisional (media tercetak). Perkembangan teknologi yang setiap waktunya semakin inovatif di era saat ini, sudah memberikan banyak dampak langsung kepada masyarakat terutama bagi generasi muda.

Seperti yang dijelaskan tadi tentang apa itu media sosial, tentu setiap harinya pasti juga kita menggunakan media sosial unuk mencurahkan apa yang kita rasakan, entah itu perasaan ahagia, sedih, atau bahkan amarah sekalipun. Banyak sekali contoh kasus sperti orang yang suka saling menyindir melalui media sosial, yang seperti kita ketahui hal tersebut akan berdampak buruk. Dampak buruk tersebut tidak hanya bagi individu yang menggunggah, tetapi juga bagi teman –temanatau pengikutnya yang lain di media sosial tersebut. Contohnya, seperti kita merasakan emosi pada seseorang, maka kita akan berusaha mungkin mengungkapkannya melalui fitur story Instagram. Dan kemudian bagi pihak yang merasa dibicarakan pada story itu, pastinya akan merasa tidak terima dan yang terjadi nantinya adalah pertengkaran. Bagi si pengikut,tentunya mereka bisa saja meniru perbuatan seperti itu dan yang akan terjadi adalah semakin maraknya perilaku tersebut yang semestinya tidak patut untuk dilakukan.

Pada artikel dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Marah di Jejaring Sosial dalam jurnal TAZKIYA(Jurnal of Psychology), pengungkapan sebuah perasaan di media social menjadi suatuhal yang umum terjadi. Kemarahan merupakan salah satu emosi yang paling sering diungkapkan di media sosial. Emosi kemarahan seperti itu menurut Fan, Zhao, Chen, dan Xu merupakan yang paling cepat menyebar dibandingkan dengan jenis emosi yang lainnya. Kalau di twitter nih, mungkin hal –hal yang berbau kemarahan tuh yang paling banyak di retweet dan di like.

Pada dasarnya, mengungkapkan kemarahan di media sosial menjadi bermasalah karena bagaimana individuyang lain menanggapi perasaan marah mereka. Biasanya, orang yangmengungkapkan kemarahannya di media sosial cenderung akan mengungkapkan dengan menyinggung orang lain dan lebih parahnya dapat merusak hubungan mereka. Menurut Spielberger, terdapat 3 tipe dalam mengekpresikan kemarahan tiap individu, yaitu :

Anger in, pengungkapan amarah tipe ini cenderung ditekankan ke dalam dirina tanpamengekspresikan keluar. Contohya seperti ketika kita sedang merasakan amarah, kita memilih untuk memendamnya sediri dan tidak ingim bercerita kepada siapapun.

Anger out, ini merupakan tipe marah yang dimunculkan oleh individu tersebut dan dapat menjadi perbuatan yang tidak terpuji. Contohnya seperti memuku atau menendang sesuatu yang berada di dekatnya. Dengan melakukan hal tersebut, si individu akan merasakan kelegaan karena perasaan marahnya sudah terpuaskan.

Anger control, tipe ini merupakan kemampuan individu dalam mengotrol perasaan amarah mereka dengan melihat sisi positif dari permasalahan yang dihadapi dan berusaha konsisten dalam menjaga sikap yang positif meskipun sedang menghadapisuatu permasalahan. Hal tersebut dilakukan supaya tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya.

Pada artikel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Marah di Jejaring Sosial dalam jurnal TAZKIYA(Jurnal of Psychology), dijelaskan bahwa emosi amarah merupakan salah satu pengaruh dari kepribadian big five. Menurut McCrae & Costa,kepribadian big five adalah suatu pendekatan dalam psikologi untuk melihat kepribadian seseorang melalui pengelomokkan kata – kata atau tuturkata yang digunakan sehari – hari. Pengelompokkan tersebut ditujukan agar mengetahui ciri –ciri individu yang membedakan dengan individu lain yang tersusun ke dalam lima buah dimensi dan terbentuk menggunakan analisis faktor. Berikut ini merupakan 5 dimensi tipe kepribadian big five yaitu :

Agreableness (A)

Individu dengan tipe kepribadian ini adalah tipe orang yang mudah percaya, murah hati, pengalah, mudah menerima, dan memiliki perilaku yang baik jika mereka memiliki skor yang tinggi. Namun akan berbanding terbalik ketikaindividu memiliki skor rendah pada tipe ini, maka mereka adalahtipe orang yang penuh kecurigaan, pelit. Tidak ramah, mudah marah, dan banyak mekritik orang lain.
Conscientiousness (C)
Untuk individu yang memiliki skor yang tinggi, biasanya pada tipe ini mereka adalah tipe orang yang teratur, terkontrol, terorganisasi, ambisius, dan selalu fokus serta disiplin dalam mencapai suatu target. Sedangkan bagi mereka yang memiliki skor rendah, mereka cenderung tidak teratur, pemalas, ceroboh, serta mudah menyerah saat menemui kesulitan.
Neuroticism (N)
Pada tipe ini, jika memiliki skor yang tinggi biasanya mereka memiliki kecemasan, temperamental, dan rentan stress. Sedangkan untuk mereka yang memiliki skor rendah, biasanya akan berbanding terbalik. Mereka cenderung tidak temperamental, puas dengan hasil yang telah dicapai oleh dirinya sendiri, serta dapat mengatur tingkat emosionalnya.
Extraversion (E)
Individu yang memiliki skor tinggi pada tipe kepribadian ini cenderung penuh kasih sayang, ceria, senang bersosialisasi, dan merupakan orang yang menyenangkan. Sedangkan individu yang memiliki skor rendah pada tipe ini, biasanya merupakan orang  yang tertutupp, pendiam, penyendiri, dan tidak dapat dengan mudah bersosialisasi.
Openness (O)
Individu dengan tipe kepribadian ini dengan skor yang  tinggi, biasanya mereka adalah tipe orang yang kreatif, imajinatif, dan merupakan individu yang memiliki hal yang bervariasi. Sedangkan jika memiliki skor rendah, biasanya memiliki sifat konservasional, rendah hati, dan rasa ingin tahu yang rendah.


Pada artikel yang ditulis oleh Safinatunnajah & Ilmi Amalia, dijelaskan juga tentang dukungan sosial dan budaya tentang kolektivisme – individualism. Di dalam artikel tersebut juga di paparkan penelitian yang penulis lakukan, dan juga diberitahukan hasilnya. Dari hasil penelitian yang mereka lakukan, dapat diketahui bahwa 45.7% mengaspirasikan emosi amarah mereka melalui media social pada kategori tinggi. Sedangkan berdasarkan data gambaran umum subjek penelitian, diketahuo bahwa sebagai besar responden mengunkapkan amarah mereka melalui jejaring sosial twitter sebanyak 44.3%. Mereka percaya bahwa twitter merupakan wadah yang membuat mereka nyaman sebagai tempat menbyalurkan perasaan mereka, termasuk ketika marah. Selain itu, mereka juga mengakui bahwa pengguna twitter cenderung tidak peduli dan memaklumi ketika ada orang yang berkeluh kesah.

Hasil penelitian juga menjelaskan bahwa tipe kepribadian big five, dukungan sosial kolektivisme-individualisme, anonimitas terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan marah di media sosial. Nah, buat penjelasan lebih lengkapnya kalian bisalohhh baca artikel in, tinggal klik link disamping ini http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya/article/view/13476/pdf. Banyak banget informasi - informasi yang bisa kalian dapat dari mulai tentang dampak marah pada media sosial, tipe kepribadian, contoh kasus, dan informasi – informasi lainnya yang pastinya belum kalian ketahui seblumnya.

Dari hasil penelitian pada artikel tersebut, dapat dibuktikan bahwa faktor – faktor yang sudah dijelaskan mempengaruhi pengungkapan marah di jejaring sosial. Untuk mengurangi dampak buruk dari perilaku tersebut, tentunya harus dimulai dari diri sendiri yaitu dengan mencobamemahami diri sendiri. Seperti harus dapat mengontrol bagaimana harus bersikap ketika dalam kondisi marah agar tetap tenang. Lalu,kita harus dapat mengindentifkasi apa saja konsekuensi ketika melampiaskan amarah melalui media sosial. Kita harus dapat menghindari dalam melalukan hal yang dapat disesali kemudian. Dalam menggunakan media sosial kita harus bijak serta belajar untuk berempati sehingga dapat memahami segala sesuatu berdasarkan dua sisi yang berlawanan.


16 komentar:

  1. wah nambahh wawasannn bangett si ini

    BalasHapus
  2. makasih kakk artikelnya menarik bgtt

    BalasHapus
  3. Makasih kak bacaan yg menarik!

    BalasHapus
  4. betul tuh! harus bijak menggunakan sosial media

    BalasHapus
  5. Waah. Berbobot sekali artikel ini. Terimakasih penulis

    BalasHapus
  6. Bagaimana cara untuk mengontrol diri kita sendiri supaya ngga julid di sosmed?

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin kita bisa melampiaskannya di wadah yang lain, kaya mungkin diary? jadi cuma kita, diary, dan Allah yang tau:)

      Hapus
  7. wah terimakasih buat informasinya, sgt membantu sekali nih buat tugas di sekolahku:)

    BalasHapus
  8. Informatif bangett, jadi nambah wawasan

    BalasHapus
  9. artikel yang sangat menarik. makasih kak!

    BalasHapus
  10. Mantap sekali penulis ini

    BalasHapus
  11. Bener juga kadang kalau sindir lewat sosmed kita gatau postingannya tersebut buat orang lain atau buat kita, akhirnya kita malah nethink sama yg ngepost. Emang harus bijak menggunakan sosmed 👍🏻

    BalasHapus

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS