Kita
tentunya sudah sangat mengenal apa itu media sosial. Bahkan, setiap harinya
pastinya kita akan menggunakan media sosial untuk bersosialisasi dengan
seseorang atau hanya untuk melihat – melihat
suatu informasi. Media sosial merupakan suatu wadah dimana kita dapat
mencurahkan berbagai ide, pendapat, gagasan, dan suatu konten dalam komunitas
virtual serta mampu menghadirkan dan melakukan cara berkomunikasi baru dengan
teknologi yang jelas berbeda dengan media tradisional (media tercetak).
Perkembangan teknologi yang setiap waktunya semakin inovatif di era saat ini,
sudah memberikan banyak dampak langsung kepada masyarakat terutama bagi
generasi muda.
Seperti
yang dijelaskan tadi tentang apa itu media sosial, tentu setiap harinya pasti juga
kita menggunakan media sosial unuk mencurahkan apa yang kita rasakan, entah itu
perasaan ahagia, sedih, atau bahkan amarah sekalipun. Banyak sekali contoh
kasus sperti orang yang suka saling menyindir melalui media sosial, yang
seperti kita ketahui hal tersebut akan berdampak buruk. Dampak buruk tersebut
tidak hanya bagi individu yang menggunggah, tetapi juga bagi teman –temanatau
pengikutnya yang lain di media sosial tersebut. Contohnya, seperti kita
merasakan emosi pada seseorang, maka kita akan berusaha mungkin
mengungkapkannya melalui fitur story
Instagram. Dan kemudian bagi pihak yang merasa dibicarakan pada story itu,
pastinya akan merasa tidak terima dan yang terjadi nantinya adalah
pertengkaran. Bagi si pengikut,tentunya mereka bisa saja meniru perbuatan
seperti itu dan yang akan terjadi adalah semakin maraknya perilaku tersebut
yang semestinya tidak patut untuk dilakukan.
Pada
artikel dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Marah di
Jejaring Sosial dalam jurnal TAZKIYA(Jurnal of Psychology), pengungkapan sebuah
perasaan di media social menjadi suatuhal yang umum terjadi. Kemarahan
merupakan salah satu emosi yang paling sering diungkapkan di media sosial.
Emosi kemarahan seperti itu menurut Fan, Zhao, Chen, dan Xu merupakan yang
paling cepat menyebar dibandingkan dengan jenis emosi yang lainnya. Kalau di
twitter nih, mungkin hal –hal yang berbau kemarahan tuh yang paling banyak di
retweet dan di like.
Pada
dasarnya, mengungkapkan kemarahan di media sosial menjadi bermasalah karena
bagaimana individuyang lain menanggapi perasaan marah mereka. Biasanya, orang
yangmengungkapkan kemarahannya di media sosial cenderung akan mengungkapkan
dengan menyinggung orang lain dan lebih parahnya dapat merusak hubungan mereka.
Menurut Spielberger, terdapat 3 tipe dalam mengekpresikan kemarahan tiap
individu, yaitu :
Anger in, pengungkapan
amarah tipe ini cenderung ditekankan ke dalam dirina tanpamengekspresikan
keluar. Contohya seperti ketika kita sedang merasakan amarah, kita memilih
untuk memendamnya sediri dan tidak ingim bercerita kepada siapapun.
Anger out, ini
merupakan tipe marah yang dimunculkan oleh individu tersebut dan dapat menjadi
perbuatan yang tidak terpuji. Contohnya seperti memuku atau menendang sesuatu
yang berada di dekatnya. Dengan melakukan hal tersebut, si individu akan
merasakan kelegaan karena perasaan marahnya sudah terpuaskan.
Anger control,
tipe ini merupakan kemampuan individu dalam mengotrol perasaan amarah mereka
dengan melihat sisi positif dari permasalahan yang dihadapi dan berusaha
konsisten dalam menjaga sikap yang positif meskipun sedang menghadapisuatu
permasalahan. Hal tersebut dilakukan supaya tidak merugikan diri sendiri maupun
orang lain di sekitarnya.
Pada
artikel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Marah di Jejaring Sosial
dalam jurnal TAZKIYA(Jurnal of Psychology), dijelaskan bahwa emosi amarah
merupakan salah satu pengaruh dari kepribadian big five. Menurut McCrae &
Costa,kepribadian big five adalah suatu pendekatan dalam psikologi untuk
melihat kepribadian seseorang melalui pengelomokkan kata – kata atau tuturkata
yang digunakan sehari – hari. Pengelompokkan tersebut ditujukan agar mengetahui
ciri –ciri individu yang membedakan dengan individu lain yang tersusun ke dalam
lima buah dimensi dan terbentuk menggunakan analisis faktor. Berikut ini
merupakan 5 dimensi tipe kepribadian big
five yaitu :
Agreableness
(A)
Individu
dengan tipe kepribadian ini adalah tipe orang yang mudah percaya, murah hati,
pengalah, mudah menerima, dan memiliki perilaku yang baik jika mereka memiliki
skor yang tinggi. Namun akan berbanding terbalik ketikaindividu memiliki skor
rendah pada tipe ini, maka mereka adalahtipe orang yang penuh kecurigaan,
pelit. Tidak ramah, mudah marah, dan banyak mekritik orang lain.
Conscientiousness
(C)
Untuk
individu yang memiliki skor yang tinggi, biasanya pada tipe ini mereka adalah
tipe orang yang teratur, terkontrol, terorganisasi, ambisius, dan selalu fokus
serta disiplin dalam mencapai suatu target. Sedangkan bagi mereka yang memiliki
skor rendah, mereka cenderung tidak teratur, pemalas, ceroboh, serta mudah
menyerah saat menemui kesulitan.
Neuroticism
(N)
Pada tipe
ini, jika memiliki skor yang tinggi biasanya mereka memiliki kecemasan,
temperamental, dan rentan stress. Sedangkan untuk mereka yang memiliki skor
rendah, biasanya akan berbanding terbalik. Mereka cenderung tidak
temperamental, puas dengan hasil yang telah dicapai oleh dirinya sendiri, serta
dapat mengatur tingkat emosionalnya.
Extraversion
(E)
Individu yang memiliki skor tinggi pada
tipe kepribadian ini cenderung penuh kasih sayang, ceria, senang
bersosialisasi, dan merupakan orang yang menyenangkan. Sedangkan individu yang
memiliki skor rendah pada tipe ini, biasanya merupakan orang yang tertutupp, pendiam, penyendiri, dan
tidak dapat dengan mudah bersosialisasi.
Openness
(O)
Individu dengan tipe kepribadian ini
dengan skor yang tinggi, biasanya mereka
adalah tipe orang yang kreatif, imajinatif, dan merupakan individu yang
memiliki hal yang bervariasi. Sedangkan jika memiliki skor rendah, biasanya
memiliki sifat konservasional, rendah hati, dan rasa ingin tahu yang rendah.
Pada
artikel yang ditulis oleh Safinatunnajah & Ilmi Amalia, dijelaskan juga
tentang dukungan sosial dan budaya tentang kolektivisme – individualism. Di
dalam artikel tersebut juga di paparkan penelitian yang penulis lakukan, dan
juga diberitahukan hasilnya. Dari hasil penelitian yang mereka lakukan, dapat
diketahui bahwa 45.7% mengaspirasikan emosi amarah mereka melalui media social
pada kategori tinggi. Sedangkan berdasarkan data gambaran umum subjek
penelitian, diketahuo bahwa sebagai besar responden mengunkapkan amarah mereka
melalui jejaring sosial twitter sebanyak 44.3%. Mereka percaya bahwa twitter
merupakan wadah yang membuat mereka nyaman sebagai tempat menbyalurkan perasaan
mereka, termasuk ketika marah. Selain itu, mereka juga mengakui bahwa pengguna
twitter cenderung tidak peduli dan memaklumi ketika ada orang yang berkeluh
kesah.
Hasil
penelitian juga menjelaskan bahwa tipe kepribadian big five, dukungan sosial kolektivisme-individualisme, anonimitas
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan marah di media sosial. Nah,
buat penjelasan lebih lengkapnya kalian bisalohhh baca artikel in, tinggal klik
link disamping ini http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya/article/view/13476/pdf.
Banyak banget informasi - informasi yang bisa kalian dapat dari mulai tentang
dampak marah pada media sosial, tipe kepribadian, contoh kasus, dan informasi –
informasi lainnya yang pastinya belum kalian ketahui seblumnya.
Dari
hasil penelitian pada artikel tersebut, dapat dibuktikan bahwa faktor – faktor
yang sudah dijelaskan mempengaruhi pengungkapan marah di jejaring sosial. Untuk
mengurangi dampak buruk dari perilaku tersebut, tentunya harus dimulai dari
diri sendiri yaitu dengan mencobamemahami diri sendiri. Seperti harus dapat
mengontrol bagaimana harus bersikap ketika dalam kondisi marah agar tetap
tenang. Lalu,kita harus dapat mengindentifkasi apa saja konsekuensi ketika
melampiaskan amarah melalui media sosial. Kita harus dapat menghindari dalam
melalukan hal yang dapat disesali kemudian. Dalam menggunakan media sosial kita
harus bijak serta belajar untuk berempati sehingga dapat memahami segala
sesuatu berdasarkan dua sisi yang berlawanan.
wah nambahh wawasannn bangett si ini
BalasHapusmakasih kakk artikelnya menarik bgtt
BalasHapusMakasih kak bacaan yg menarik!
BalasHapusbetul tuh! harus bijak menggunakan sosial media
BalasHapusWaah. Berbobot sekali artikel ini. Terimakasih penulis
BalasHapusMantapp
BalasHapusBole
BalasHapusBagaimana cara untuk mengontrol diri kita sendiri supaya ngga julid di sosmed?
BalasHapusmungkin kita bisa melampiaskannya di wadah yang lain, kaya mungkin diary? jadi cuma kita, diary, dan Allah yang tau:)
Hapuswah terimakasih buat informasinya, sgt membantu sekali nih buat tugas di sekolahku:)
BalasHapusInformatif bangett, jadi nambah wawasan
BalasHapusartikel yang sangat menarik. makasih kak!
BalasHapusMantap sekali penulis ini
BalasHapusMantulll
BalasHapusBener bangett
BalasHapusBener juga kadang kalau sindir lewat sosmed kita gatau postingannya tersebut buat orang lain atau buat kita, akhirnya kita malah nethink sama yg ngepost. Emang harus bijak menggunakan sosmed 👍🏻
BalasHapus